
Sayang, coretan ini aku tulis kepada senja yang remang, mendung yang tidak dikunjungin hujan. Hari-hari yang lalu, saat seperti ini adalah saat yang mendebarkan. Saat dimana rinduku begitu memburu, dan pertemuan dengan kamu adalah detik-detik yang aku tunggu. Coretan ini, terpaksa harus aku tulis untuk kamu. Padahal, aku ingin mencumbumu, mendekap kamu erat-erat, memeluk kamu untuk selamanya.
Harus kamu ketahui sayang, aku tidak mungkin lagi menemui kamu. Bukan aku menemukan kekasih lain. Sama sekali tidak. Hanya kamu yang aku cintai kekasihku. Hanya kamu yang berhak atas jiwaku.
Sayang, nasib membawa aku jauh dari kamu. Aku telah diseret takdir dan kini aku hanya sesosok manusia tanpa keinginan, sebab keinginanku berada dalam pelukanmu.
Kamu masih ingat sayang? Saat pertama kali aku mengenal kamu. Masihkah kamu ingat dialog kita itu, sayang? Aku tidak pernah melupakannya sampai sekarang. Disanalah aku menemukan keindahanmu meski tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Sejak itu, senja selalu mengirimkan debaran lain dalam dadaku. Sebab senja berarti pertemuan dengan kamu. Tapi senja kali ini mengirimkan debaran yang lain, debaran perpisahan dari kita.
Sayang, hari-hariku menjadi asing dan sunyi sekarang. Sunyi yang membuat aku terluka. Luka yang dalam. Tidak ada lagi cerita tentang cinta, airmata, rindu dan tertawa. Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Kekasihku, aku titipkan coretan ini kepada senja.
Aku tahu, senja akan memberikannya kepada kamu. Bukankah setiap hari dia berpapasan dengan kamu? Aku tahu, kamu tidak akan pernah membalas corentanku ini, tapi itu tidak penting. Asal kamu tahu, kenapa aku tidak bisa lagi menemui kamu, aku sudah bahagia. Salamku untuk rembulan dan bintang, sahabat setiamu..
No comments:
Post a Comment